Bagaimana jadinya
kita tanpa bahasa? Jika bahasa Indonesia tidak ada, mungkin hingga saat ini
kita masih tetap terbagi-bagi atas berbagai macam suku dan bahasa yang berbeda.
Tanpa bahasa pemersatu, sekumpulan masyarakat sulit untuk dapat dikatakan
sebagai sebuah bangsa. “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa
pahlawannya.” demikian kutipan pidato Soekarno saat hari Pahlawan 10 November
1961. Sama halnya, bangsa yang besar, yang sudah mengalami banyak kemajuan dan
tergolong bangsa yang maju, umumnya mempunyai struktur bahasa yang sudah modern
dan mantap. Sehingga, bahasa tidak hanya sebagai alat komunikasi tetapi juga
sebagai alat untuk menyerap dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penulis
ingin menyampaikan tentang aspek kebahasaan dalam akuntansi. Melihat masih
banyaknya orang khususnya mahasiswa yang sedang menekuni bidang akuntansi,
masih belum paham mengenai kaidah bahasa akuntansi yang benar.
Kenyataan dalam dunia
pendidikan (khususnya perguruan tinggi) adalah bahwa sebagian buku referensi
atau buku ajar yang memadai dan lengkap biasanya berbahasa asing (Inggris)
karena memang banyak ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang di luar
negeri. (Suwardjono, 1992:107) Namun tidak semua peserta didik dalam hal ini
khususnya mahasiswa yang dapat memahami pengetahuan yang terkandung dalam buku
tersebut. Sebagian dari mereka membutuhkan bahasa Indonesia dalam membantu
menyerap materi yang ada. Oleh karena itu, dibutuhkan pengembangan bahasa
Indonesia yang baik dalam hal kemantapan struktur dan kaidahnya. Selain itu,
perlunya seseorang belajar untuk memantapkan kemampuan bahasanya Indonesianya
untuk mendukung pemahaman bahasa asing, khususnya bagi kaum pelajar.
Pertanyaannya adalah
siapakah yang harus mengembangkan bahasa Indonesia sebagai bahasa keilmuan? Tentu
saja semua pengguna bahasa tersebut. Perguruan tinggi merupakan agen perubahan
dan pengembangan yang strategik. Baik dosen maupun mahasiswa mengemban tugas
untuk mengembangkan bahasa dalam proses pendidikan di perguruan tinggi.
Kemampuan bahasa bukan suatu keterampilan yang didapat sebagai sebuah
pemberian, melainkan yang harus dipelajari dan dilatih. Sayangnya banyak di
antara kita yang sudah merasa dapat berbahasa Indonesia sehingga hanya
memperolehnya secara alamiah bukan meningkatkannya menjadi bahasa ilmiah.
Akibatnya, kita sering merasa lebih asing mendengar bahasa sendiri daripada
mendengar bahasa asing, apabila menemukan sebuah kosakata baru. Yang sering
dilakukan adalah ketika menemukan kosakata bahasa Inggris kita langsung
mencarinya di kamus untuk menemukan artinya. Sedangkan ketika kita menemukan
kosakata bahasa Indonesia kita sering merasa aneh dan tidak berusaha untuk
mencari artinya di Kamus Besar Bahasa Indonesia. Hal ini menandakan banyak
diantara kita sudah cukup puas dengan kemampuan bahasa alamiah kita. Masalah
kembali muncul saat mahasiswa membaca buku kuliah terjemahan bahasa Indonesia.
Banyak kosakata bahasa Indonesia yang baru kita dengar saat membaca buku tersebut.
Kebanyakan kosakata dalam buku terjemahan tersebut adalah hasil perekayasaan
bahasa.
Perekayasaan bahasa
adalah proses penalaran yang digunakan dalam pengembangan istilah dan kosa
kata. (Suwardjono, 1992:111) Harapannya, perekayasaan bahasa ini dapat membantu
mereka yang belum cukup mengenal bahasa asing, dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Saat ini, perekayasaan bahasa telah berhasil
menghasilkan kosakata-kosakata baru yang telah diterima baik oleh kalangan
akademik maupun masyarakat umum. Misalnya, kata pelatihan (sebagai padanan training)
mulai digunakan untuk membedakannya dengan kata latihan (sebagai padanan exercise).
Kata pelaporan mulai digunakan di
samping kata laporan untuk membedakan
makna reporting (sebagai proses) dan reports (sebagai hasil proses). Kata rerangka yang merupakan padanan kata framework diciptakan untuk membedakannya
dengan kata kerangka yang adalah padanan kata skeleton. (Suwardjono, 1992:111) Pengembangan bahasa diperlukan
agar kita tidak terpaku pada apa yang ada melainkan apa yang seharusnya
digunakan.
Berikut akan lebih
dibahas mengenai kaidah bahasa dalam akuntansi. Yang pertama adalah
pengindonesiaan istilah inggris berpewatas Past-Participle.
a. Jika
suatu istilah mempunyai makna yang di
atau yang sudah di atau sebagai hasil
pekerjaan/proses/perlakuan sebagaimana yang ditunjukkan oleh kata dasar,
maka padanan kata tersebut adalah kata berimbuhan berakhiran “an” dan berkata
dasar kata serapan istilah Inggrisnya. Contoh:
adjusted trial balance daftar
saldo sesuaian
advanced accounting akuntansi
lanjutan
allocated cost kos
/ biaya alokasian
computerized system sistem
komputerisasian
consolidated statements laporan
konsolidasian
expected value nilai
harapan
Kaidah
diatas tidak tepat digunakan untuk beberapa kata tertentu. Misalnya, kata retained earnings yang seharusnya laba
tahanan diganti menjadi laba ditahan. Karena kata “tahanan” memiliki konotasi
tertentu.
b.
Jika suatu istilah mempunyai
makna yang diberi atau dilengkapi sesuatu
atau dikerjakan/diproses sehingga
mempunyai atau bersifat mempunyai sesuatu, maka padanannya adalah kata
berimbuhan berawalan “ber-“ yang berkata dasar kata serapan istilah Inggrisnya.
Contoh:
guaranteed loan pinjaman
bergaransi
interested party pihak
berkepentingan
mortgaged debt utang
berhipotek
post-dated check cek
bertanggal mundur
(populer:
cek mundur)
c.
Jika suatu istilah mempunyai
makna dalam keadaan di atau yang bersifat seolah-olah seperti atau secara tidak sengaja menjadi atau menjadi
sesuatu yang hasilnya tidak dapat dikendalikan atau dipastikan lebih dahulu
sebagaimana ditunjukkan oleh kata dasar, maka padan katanya adalah kata
berimbuhan berawalan “ter-“ yang berkata dasar serapan istilah Inggrisnya.
Contoh:
classified balance sheet laporan posisi
keuangan terklasifikasi
(pos-posnya)
detailed procedures prosedur
terinci
closed corporation perseroan
tertutup
d.
Istilah tertentu yang
menyimpang dari pedoman sebelumnya. Contoh: istilah “aktiva tetap” dapat
digunakan sebagai padan kata fixed asset sebagai
lawan aktiva lancar (current asset).
Namun saat ini, muncul kembali istilah lain yang dapat digunakan yaitu aktiva
atau aset tidak lancar (noncurrent asset).
Istilah “biaya tetap” dapat digunakan sebagai padan kata fixed cost sebagai lawan dari biaya variabel (variable cost).
Yang kedua adalah
pemanfaatan prefiks (awalan) “ter-“ yang dapat dimanfaatkan dalam membentuk
istilah akuntansi yang memadai. Berikut beberapa contoh kata sifat dan kata
benda istilah akuntansi yang biasanya kata dasar bahasa Inggrisnya adalah kata
kerja.
applicable/applicability terterapkan/keterterapan
auditable/auditablility teraudit/keterauditan
collectable/collectability tertagih/ketertagihan
comparable/comparability terbandingkan/keterbandingan
reliable/reliability terandalkan/keterandalan
verifiable/verifiability teruji/keterujian
Yang ketiga adalah
kata benda dan kata kerja dari istilah serapan yang mempunyai makna sebagai
istilah tindakan atau proses. Contoh:
capitalization kapitalisasi/mengkapitalisasi
realization realisasi/merealisasi
allocation alokasi/mengalokasi
depreciation depresiasi/mendepresiasi
Dan yang keempat
adalah penyerapan istilah asing secara utuh. Contoh:
balance balans
efficiency efisiensi
variant/variance varian/variansi
Pedoman
tersebut penulis rangkum dari sumber yang ada dan juga penulis edit berdasarkan
apa yang pernah penulis lihat dalam buku teks akuntansi sekarang ini. Misalnya
istilah cost dulu diterjemahkan
sebagai kos, namun sekarang biaya. Istilah balance
sheet dulu diterjemahkan sebagai neraca, namun sekarang menjadi laporan
posisi keuangan. Pedoman tersebut bersifat dinamis sehingga perlu dilakukan
pengembangan yang berkelanjutan.
Mempelajari,
memperdalam, dan mengembangkan bahasa Indonesia khususnya dalam ilmu
pengetahuan bukan berarti membatasi penggunaan bahasa asing. Justru dengan
memperdalam bahasa Indonesia dapat membantu kita dalam memahami bahasa asing.
Hal yang perlu dicatat adalah bahwa seseorang
dapat menguasai bahasa asing (termasuk membaca buku teks) dengan baik kalau dia
juga menguasai bahasa sendiri (Indonesia) dengan baik pula. Bagaimana mungkin
seseorang dapat belajar bahasa Inggris yang mempunyai struktur yang baku dan
canggih kalau dia sendiri tidak menguasai bahasa Indonesia yang baku (dan
sebenarnya juga canggih) sebagai pembandingnya? (Suwardjono, 1992:112)
Harapannya, kita
sebagai mahasiswa dapat mempelajari, memahami, dan ikut mengembangkan bahasa
Indonesia khususnya dalam bidang keilmuan. Bidang tersebut tidak hanya bidang
akuntansi saja, seperti yang telah dibahas sebelumnya, tetapi juga
bidang-bidang yang lain. Tentu tujuannya agar bahasa kita semakin baik struktur
dan kaidahnya serta yang paling penting adalah dapat membantu kita sebagai
generasi muda dalam belajar untuk menggapai cita-cita dan memajukan bangsa.
Sumber: Suwardjono.
1992. Gagasan Pengembangan Profesi dan
Pendidikan Akuntansi di Indonesia Kumpulan Artikel. Yogyakarta: BPFE.
Karya ini ditulis oleh:
Netta Vania ( NRP : 3203013193 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar